b:include data='blog' name='all-head-content'/> Istiqomah Blog | ABK Tuna Rungu
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pages

Banner 468 x 60px

Minggu, 17 November 2013

Klasifikasi Anak Tunarungu

2 komentar

Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan kedalm satuan bunyi deci-Bell (disingkat dB ). Penggunaan satuan tersebut untuk membantu dalam interpretasi hasil tes pendengaran dan mengelompokkan kedalam jenjangnya. Untuk menetapkan seseorang dalam kelompok tunarungu tertentu berdasarkan kehilangan ketajaman pendengaran, jika dicermati sangat bervariasi. Antara satu ahli dengan yang lain berbeda, biasanya didasarkan pada keahlian yang dimiliki atau untuk kepentingan tujuan tertentu.namun demikian, secara substansi perbedaan penggolongan yang dibuat oleh para ahli tidak mengurangi esensinya.

Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, anak tunarungu dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengarannya antara 20-30 dB
Ciri-ciri anak tunarungu yang kehilangan pendengaran pada rentanagan tersebut antara lain:
a. Kemampuan mendengar masih sangat baik karena berada digaris batas antara pendengar normal dengan kekurangan pendengaran taraf ringan
b. Tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan, terutama harus dekat guru.
c. Dapat belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan pendengrannya
d. Perlu diperhatikan kekayaan pembendaharaan bahasanya supaya perkembangan bicara dan bahasanya tidak terhambat

2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengarannya antara 30-40 dB
Ciri-ciri anak tunarungu yang kehilangan pendengaran pada rentanagan tersebut antara lain:
a. Dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat
b. Tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya
c. Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah
d. Kesulitan menangkap isi lawan pembicaranya jika berada pada posisi tidak searah dengan pandangannya

3. Anak tunarungu yang kehilangan pendengarannya antara 40-60 dB
Ciri-ciri anak tunarungu yang kehilangan pendengaran pada rentanagan tersebut antara lain:
a. Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira kira satu meter
b. Sering tidak nyambung dengan lawan bicaranya
c. Mengalami kelainan bicara terutama pada huruf konsonan
d. Kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan
e. Pembendaharaan kosakatanya sangat terbatas

4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengarannya antara 60-75 dB
Ciri-ciri anak tunarungu yang kehilangan pendengaran pada rentanagan tersebut antara lain:
a. Kesulitan membedakan suara
b. Tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda disekitarnya memiliki getaran suara
c. Perlu layanan khusus dalam belajar bicara maupun bahasa

5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengarannya antara 75 dBkeatas
Ciri-ciri anak tunarungu yang kehilangan pendengaran pada rentanagan tersebut antara lain:
a. Hanya mampu mendengar suara kerass sekali pada jarak 1 inchi atau sama sekali tidak dapat mendengar
b. Tidak menyadari suara keras
c. Tidak dapatmemahami atau menangkap suara
d. Kebutuhan layanan yang dibutuhkan adalah membaca bibir


Sumber:
Efendi, Muhammad, 2005, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi Aksara
Read more...

Sabtu, 16 November 2013

Perkembangan Pada Anak –Anak Tuna rungu

2 komentar

Perkembangan anak-anak yang bermasalah dengan pendengaran bergantung pada tingkat hilangnya pendengaran dan usia saat mengalami masalah ketulian. Oleh karena itulah anak-anak yang memiliki masalah pendengaran mempunyai tiga kecacatan, yakni karena mereka tidak dapat mendengar, mereka menjadi tidak dapat bertutur kata dengan benar dan tidak dapat pula berpikir selayaknya
anak-anak normal ( Chua 1992 ).

Dari segi fisik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak-anak yang memiliki masalah pendengaran dan anak-anak normal. Hal yang membedakan mereka adalah dalam berkomunikasi. Cacat pendengaran disebabkan oleh kerusakan permanen pada sistem sensorik-neural biasanya member dampak yang serius terhadap anak. Secara keseluruhan, perkembangan anak-anak memiliki masalah pendengaran dapat dilihat dalam aspek berikut :

1. Perkembangan bahasa dan komunikasi
Manusia berkomunikasi dengan mimik muka, sentuhan,gerak tangan, gerak badan, mendengar, dan bertutur kata. Kehilangan pendengaran secara serius menghalangi perkembangan komunikasi mendengar dan bertutur kata. Tanpa bantuan dari ahli terapi penuturan, anak-anak memiliki masalah pendengaran kemungkinan besar perkembangannya akan terhambat dalam dua hal ini.

2. Perkembangan social dan emosi

Perkembangan sosial dan emosi anak-anak yang memiliki masalah pendengaran sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka, perlakuan yang diterima , dan melalui kemampuan berkembang mereka sendiri untuk membuat mereka mampu untuk mengungkapkan perasaan mereka, keinginan, kebutuhan, dan untuk memahami perasaan orang lain. Masalah komunikasi memberi implikasi terhadap kemandirian, kemampuan untuk bermain, dan berbagi dengan rekan sebayanya.

3. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif merujuk pada cara untuk memahami dan mengatur dunia mereka. Ini termasuk kemampuan untuk menyerap, menyimpan dan mengingat informasi, mengklasifikasikan benda, mendefinisikan, menilai, membandingkan dan membedakan, menciptakan sesuatu, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Keterlambatan perkembangan bahasa anak yang memiliki masalah pendengaran juga memperlambat perkembangan kognitif mereka.

4. Perkembangan fisik dan motorik

Perkembangan motorik kasar dan motorik halus untuk anak-anak yang memiliki masalah pendengaran tidak berbeda dengan anak-anak normal lainnya.




Sumber :
Muhammad, Jamila, 2005, Special Education For Special Children, Jakarta: Hikmah
Read more...

Jumat, 15 November 2013

Intervensi awal pada anak tuna rungu

2 komentar

Masalah pendengaran adalah kecacatan yang bersifat laten karena tidak dikenali dengan mudah. Pengenalan dan intervensi awal untuk anak-anak yang memiliki masalah pendengaran sangat penting. Sebaiknya pengenalan awal harus dilakukan pada masa tiga bulan pertama setelah kelahiran agar intervensi awal dapat dilakukan. Dengan intervensi awal, anak anak mungkin dapat mendengar kembali dengan penanganan pengobatan dan pengguanaan alat bantu pendengaran.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat ketetapan pada 1982 bahwa anak anak yang memilik masalah pendengaran harus dideteksi pada usia tigabukan dan mulai diberi tindakan pada usia enam bulan.

Berbagai cara berkomunikasi dapat dilatih untuk anak-anak tersebut, seperti membaca ekspresi mimik wajah, membaca gerak bibir, gerakan badan, sentuhandan getaran. Program latihan awal untuk anak anak yang memilik masalah pendengaran adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
2. Member kesempatan pada anak-anak yang memiliki masalah pendengaran untuk belajar berbagi dan bermain bersama.
3. Membantu anak-anak untuk menggunakan pengukur pendengaran yang ada untuk melanjutkan latihan auditoris dan pengguanaan alat bantu pendengaran.
4. Membantu dlam membuat persiapan untuk belajar kemampuan dasar akademik.

Lukman (2004) , menegaskan bahwa apa saja tahap ketulian yang dialami dan sejauh apa kemampuan pendengaran yang ada untuk dapat dibantu dengan bantuan alat elektronik agar anak-anak yang memilik masalah pendengaran dapat mendengar dan menjalani latihan penuturan.


Sumber :
Muhammad, Jamila, 2005, Special Education For Special Children, Jakarta : Hikmah
Read more...

Fungsi Penglihatan Anak Tunarungu

2 komentar

Para ahli sering berpendapat bahwa indera pendengaran dan indera penglihatan dan pendengaran merupakan indera manusia yang sangat penting disamping indera lainnya. Apabila seseorang kehilangan salahsatunya maka ia berarti kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Misalnya anak tuna rungu yang kehilangan indera pendengarannya. Untuk menggantinya dengan mengalihkan ke i
ndera penglihatan sebagai kompensasinya. Oleh karena itu bagi anak tuna rungu indera penglihatan adalah indera yang paling penting kemudian disusul indera indera lainnya.Walaupun keduanya adalah indera yang paling penting namun keduanya juga memiliki keterbatasan sesuai karakteristiknya .

Indera penglihatan memiliki karakteristik :
a. arah jangkauannya terpusat pada bidang mukanya
b. dibatasi oleh ruang spasial
c. bersifat statis dan menetap. Sedangkan

Indera pendengaran memiliki karakteristik :
a. dapat menjangkau segala arah
b. bersifat tempral
c. tidak dibatasi oleh ruang.
d. Satu satunya indera yang mengatur apa-apa yang dimengerti dari lingkungan kepada system saraf

Anak tunarungu tidak dapat menghadapi sesuatu yang terjadi dengan mengandalkan indera pendengarannya sehingga segala peristiwa atau kejadian yang ada dilingkungannya terjadisecara mendadak, tiba-tiba dan mengejutkan. Contohnya ketika tiba-tiba gelas pecah, ibu yang tiba-tiba membuka pintu tanpa tahu proses sebelumnya. Dengan demikian pengalaman yang dimiliki anak tuna rungu hanya tergantung pada indera penglihatan saja.
Peran penglihatan sebagai sarana memperoleh pengalaman persepsi visual dan sebagai ganti persepsi auditif anak tunarungu. Dapat dikatakan hilangnya ketajaman bagi anak tunarungu akan membuatdirinya tergantung pada indera penglihatan.


Sumber:
Efendi,Muhammad, 2005, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta : Bumi Aksara


Read more...
 
 
Istiqomah Blog | ABK Tuna Rungu © 2013 Template Designed by RenvileTieft. Supported by Isthy pm and Isthy Putri. Download this template: Template Blog.